
Ketika mendengar kanker paru, kebanyakan orang langsung mengaitkannya dengan kebiasaan merokok. Namun, anggapan umum ini menutupi fakta penting: kanker paru bukanlah penyakit yang hanya dialami perokok. Hingga 50% penderita kanker paru ternyata bukan perokok.
“Menurut Laporan Registri Kanker Nasional Malaysia 2017–2021, kanker paru merupakan kanker ketiga yang paling umum di Malaysia, menempati peringkat kedua pada pria dan ketiga pada wanita. Yang mengkhawatirkan, 95,4% kasus terdeteksi pada tahap lanjut (Stadium III atau IV), saat pengobatan menjadi lebih sulit. Fakta ini menyoroti masalah utama: kurangnya deteksi dini, karena gejala biasanya baru muncul pada tahap akhir.
Meski merokok tetap menjadi faktor risiko utama terutama pada pria, di mana hampir 40% pria dewasa adalah perokok (GATS 2023) tren ini berbeda pada wanita dan non-perokok. Walaupun jumlah wanita yang merokok di Malaysia relatif rendah, kanker paru tetap menjadi kanker ketiga yang paling sering terjadi pada wanita (Laporan Registri Kanker Nasional Malaysia 2017–2021).
Dr. Tho Lye Mun, seorang dokter onkologi klinis terkemuka sekaligus Presiden Lung Cancer Network Malaysia (LCNM), menghadirkan wawasan berharga dalam diskusi ini. Dr. Tho telah berada di garis depan dalam pengembangan pendekatan inovatif untuk pengobatan kanker paru, termasuk imunoterapi dan terapi bertarget.
Mari kita bahas beberapa kesalahpahaman umum tentang kanker paru:
Meski merokok adalah penyebab utama, itu bukan satu-satunya. Ada banyak faktor lain yang dapat memicu terjadinya kanker paru. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, terlepas dari riwayat merokoknya.
Tidak benar. Kanker paru berdampak signifikan pada pria maupun wanita. Faktanya, kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita, bahkan melampaui kanker payudara di beberapa wilayah. Lebih dari itu, wanita yang tidak merokok memiliki risiko lebih tinggi dibanding pria yang tidak merokok.
Dengan alat skrining modern seperti CT scan dosis rendah (LDCT), kanker paru kini dapat dideteksi pada tahap lebih awal dan lebih mudah diobati. Selain itu, ada juga rontgen dada berbasis AI yang mampu mendeteksi nodul paru berukuran kecil yang mungkin terlewat oleh pemeriksaan biasa.
Skrining memegang peran penting dalam deteksi dini kanker.
Beberapa faktor risiko penting dapat menyebabkan kanker paru pada non-perokok:
Menggoreng dengan kuali di ruang tertutup dan kurang ventilasi dapat menghasilkan asap berbahaya yang meningkatkan risiko kanker paru, terutama jika sering terpapar atau sering mengonsumsi makanan hasil gorengan kuali
Selain itu, pembakaran kayu, batu bara, atau biomassa untuk memasak dapat menghasilkan asap beracun yang secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru.
Polusi Udara: Polusi udara, baik di dalam maupun luar ruangan termasuk asap kendaraan, emisi industri, serta asap dari pembakaran kayu atau batu bara, dapat meningkatkan risiko kanker paru.
Asap Rokok Tidak Langsung (Second-hand Smoke): Meski tidak merokok, paparan rutin terhadap asap rokok di lingkungan tetap menjadi faktor risiko signifikan.
Paparan di Tempat Kerja: Beberapa bahaya pekerjaan seperti paparan asbes atau bahan kimia industri dapat meningkatkan risiko kanker paru seiring waktu.
Beberapa kasus kanker paru pada non-perokok disebabkan oleh mutasi genetik, yang lebih sering ditemukan pada wanita, khususnya keturunan Asia.
Beberapa mutasi ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan dan diobati dengan terapi bertarget, sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan pilihan perawatan yang lebih personal.
“Perkembangan pengobatan kanker paru telah berkembang pesat. Menurut Dr. Tho, terapi bertarget dan imunoterapi telah membuka peluang baru dalam pengobatan, meskipun efektivitasnya dapat berbeda antara kanker paru yang berhubungan dengan kebiasaan merokok dan yang tidak.
Meskipun tidak semua faktor risiko dapat kita kendalikan, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko kanker paru:
Saat kita memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, penting untuk diingat bahwa kanker paru bisa menyerang siapa saja. Penyakit ini tidak membedakan riwayat merokok, usia, atau jenis kelamin. Memahami kenyataan ini adalah langkah pertama menuju pencegahan yang lebih baik, deteksi dini, dan strategi pengobatan yang lebih efektif.
“Hari Kanker Paru Sedunia ini menjadi pengingat akan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang semua aspek kanker paru. Dengan meluruskan mitos dan memahami berbagai faktor risikonya, kita dapat bersama-sama berupaya mencapai hasil yang lebih baik bagi semua orang yang terdampak penyakit ini.
[Catatan: Artikel blog ini ditulis dalam rangka memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, dengan menghadirkan wawasan dari Dr. Tho Lye Mun serta penelitian terbaru seputar kanker paru.]
